pernahkah kita menyadari bahwa bisa jadi hari ini kita
telah mengecewakan banyak orang? Kita mengira bahwa
hari ini telah dilewati dengan lancar tanpa gangguan
dan kita akhiri hari dengan tidur nyenyak. Namun
ternyata tadi pagi, saat kita lupa men ci um tangan
orang tua untuk pamit, terbersit sedikit kecewa di
hati mereka. Tadi pagi, saat membayar ongkos bis, kita
memberikannya dengan sodoran yang kasar hingga pak
kondektur bis bertambah lelah dan penatnya bahkan
merasa terhina. Tadi pagi, saat masuk ruangan kantor,
kita lupa menyapa dan memberi salam dan senyum pada
pak satpam dan beberapa teman yang sudah datang,
hingga yang kita suguhkan hanyalah wajah lelah sehabis
turun naik bis dan kerut kening pertanda banyak
kerjaan kantor yang harus diselesaikan hari itu.
Pernahkah terpikir oleh kita, bahwa sedikit kesan tak
enak yang orang lain tangkap dari tingkah laku kita,
dapat membekas begitu dalam tanpa kita menyadarinya.
Membuat mereka merasa sedih, kecewa, kesal, atau
bahkan marah pada kita. Tanpa kita menyadari, bahwa
hari itu telah kita lewati dengan menyakiti hati
begitu banyak orang. Dan saat hati-hati mereka telah
luka, rasanya tak lagi ber arti permohonan maaf kita
saat kita ucapkan, "I didn't mean to..."
Kesalahan yang tak disengaja, terkadang membuat kita
sendiri heran. Kapan ya saya melakukan hal itu? Benar
tidak ya, saya telah bersikap kasar padanya? Ah, saya
kan tidak bermaksud begitu. I didn't mean to. Dan
sekian banyak pemaafan yang kita ukir untuk diri kita
sendiri, tanpa peduli orang tersebut masih
merasakan sakitnya hingga kini.
Tak usahlah lagi alasan itu dicari. Mari mulai
memperbaiki, mulai saat ini. Sebab kita tak pernah
tahu kapan diri kita pernah menyakiti
Pernahkah terpikir oleh kita, bahwa sedikit kesan tak
enak yang orang lain tangkap dari tingkah laku kita,
dapat membekas begitu dalam tanpa kita menyadarinya.
Membuat mereka merasa sedih, kecewa, kesal, atau
bahkan marah pada kita. Tanpa kita menyadari, bahwa
hari itu telah kita lewati dengan menyakiti hati
begitu banyak orang. Dan saat hati-hati mereka telah
luka, rasanya tak lagi ber arti permohonan maaf kita
saat kita ucapkan, "I didn't mean to..."
Kesalahan yang tak disengaja, terkadang membuat kita
sendiri heran. Kapan ya saya melakukan hal itu? Benar
tidak ya, saya telah bersikap kasar padanya? Ah, saya
kan tidak bermaksud begitu. I didn't mean to. Dan
sekian banyak pemaafan yang kita ukir untuk diri kita
sendiri, tanpa peduli orang tersebut masih
merasakan sakitnya hingga kini.
Tak usahlah lagi alasan itu dicari. Mari mulai
memperbaiki, mulai saat ini. Sebab kita tak pernah
tahu kapan diri kita pernah menyakiti
No comments:
Post a Comment