Tuesday, January 08, 2008

Memendam Cinta

Segalanya berawal ketika saya masih berumur 6 th.
Ketika saya sedang brmain di halaman rumah saya di California, saya
bertemu seorang anak laki2. Dia seperti anak laki2 lainnya yg menggoda saya dan
kemudian saya mengejarnya dan memukulnya.

Setelah pertemuan pertama dimana saya memukulnya,
kami selalu bertemu dan saling memukul satu sama lain di batas pagar
itu. Tapi itu tidaklah lama.
Kami selalu bertemu di pagar itu dan kami selalu bersama. Saya menceritakan
semua rahasia saya. Dia sangat pendiam... dia hanya mendengarkan apa yg
saya katakan. Saya menganggap dia enak diajak bicara dan saya dapat
berbicara kepadanya ttg apa saja.


Di sekolah, kami memiliki teman2 yg berbeda tapi ketika kami pulang ke
rumah, kami selalu berbicara ttg apa yg terjadi di sekolah. Suatu hari,
saya bercerita kepadanya ttg anak laki2 yg saya sukai tetapi telah
menyakiti hati saya.... Dia menghibur saya dan mengatakan segalanya akan
beres.

Dia memberikan kata2 yg mendukung dan membantu saya utk melupakannya.
Saya sangat bahagia dan menganggapnya sebagai teman sejati. Tetapi saya
tahu bahwa sesungguhnya ada yg lainnya dari dirinya yg saya suka.
Saya memikirkannya malam itu dan memutuskan kalau itu adalah rasa persahabatan.

Selama SMA dan semasa ke lulusan, kami selalu bersama dan tentu saja
saya berpikir bahwa ini adalah persahabatan.Tetapi jauh di lubuk hati,
saya tahu bahwa ada sesuatu yg lain. Pada malam kelulusan, meskipun kami
memiliki pasangan sendiri2, sesungguhnya saya menginginkan bahwa sayalah yg
menjadi pasangannya. Malam itu, setelah semua orang pulang, saya pergi ke
rumahnya untuk mengatakannya.

Malam itu adalah kesempatan terbesar yg saya miliki tapi saya hanya duduk
di sana dan memandangi bintang bersamanya dan bercakap2 tentang cita2 kami.
Saya melihat ke matanya dan mendengarkan ia bercerita ttg impiannya. Bagaimana dia ingin menikah dan sebagainya. Dia bercerita bagaimana dia ingin menjadi orang kaya dan sukses. Yg dapat saya lakukan hanya menceritakan impian saya dan duduk dekat
dengan dia.

Saya pulang ke rumah dgn terluka krn saya tidak mengatakan perasaan saya yg
sebenarnya. Saya sangat ingin mengatakan bahwa saya sangat mencintainya
tapi saya takut. Saya membiarkan perasaan itu pergi dan berkata kepada diri
saya sendiri bahwa suatu hari saya akan mengatakan kepadanya mengenai
perasaan saya.

Selama di universitas, saya ingin mengatakan kepadanya tetapi dia selalu
bersama2 dengan seseorg. Setelah lulus, dia mendapatkan pekerjaan di New
York. Saya sangat gembira untuknya, tapi pada saat yg sama saya sangat
bersedih menyaksikan kepergiannya. Saya sedih krn saya menyadari ia pergi
utk pekerjaan besarnya. Jadi... saya menyimpan perasaan saya utk diri saya
sendiri dan melihatnya pergi dgn pesawat. Saya menangis ketika saya memeluknya krn saya merasa seperti ini adalah saat terakhir. Saya pulang ke rumah malam itu
dan menangis. Saya merasa terl uka krn saya tidak mengatakan apa yg ada di hati saya.

Saya memperoleh pekerjaan sbg sekretaris dan akhirnya menjadi seorg analis
komputer. Saya sangat bangga dgn prestasi saya. Suatu hari saya menerima
undangan pernikahan. Undangan itu darinya. Saya bahagia dan sedih pada saat
yg bersamaan.

Skr saya tahu kalau saya tak akan pernah bersamanya dan kami hanya bisa
menjadi teman. Saya pergi ke pesta pernikahan itu bulan berikutnya. Itu
adalah sebuah peristiwa besar. Saya bertemu dgn pengantin wanita dan tentu
saja juga dengannya. Sekali lagi saya merasa jatuh cinta. Tapi saya
bertahan agar tidak mengacaukan apa yg seharusnya menjadi hari paling
bahagia bagi mereka. Saya mencoba bersenang2 malam itu, tapi sangat
menyakitkan hati melihat dia begitu bahagia dan saya mencoba untuk bahagia
menutupi air mata kesedihan yg ada di hati saya.

Saya meninggalkan New York merasa bahwa saya telah melakukan hal yg tepat.
Sebelum saya berangkat... tiba2 dia muncul dan mengucapkan salam perpisahan
dan mengatakan betapa ia sangat bahagia bertemu dgn saya.
Saya pulang ke rumah dan mencoba melupakan semua yg terjadi di New York.

Kehidupan saya harus terus berjalan. Tahun2 berlalu... kami saling menulis
surat dan bercerita mengenai segala hal yg terjadi dan bagaimana dia
merindukan utk berbicara dgn saya.

Pada suatu ketika, dia tak pernah lagi membalas surat saya. Saya sangat
kuatir mengapa dia tidak membalas surat saya meskipun saya telah menulis 6
surat kepadanya..

Ketika semuanya seolah tiada harapan, tiba2 saya menerima sebuah catatan
kecil yg mengatakan : "Temui saya di pagar dimana kita biasa bercakap2"

Say a pergi ke sana dan melihatnya di sana. Saya sangat bahagia melihatnya
tetapi dia sedang patah hati dan bersedih. Kami berpelukan sampai kami
kesulitan utk bernafas. Kemudian ia menceritakan kepada saya ttg perceraian
dan mengapa dia tidak pernah menulis surat kepada saya.

Dia menangis sampai dia tak dapat menangis lagi...Akhirnya kamu kembali ke
rumah dan bercerita dan tertawa ttg apa yg telah saya lakukan mengisi
waktu. Akan tetapi, saya tetap tidak dapat mengatakan kepadanya bagaimana
perasaan saya yg sesungguhnya kepadanya.

Hari2 berikutnya... dia gembira dan melupakan semua masalah dan
perceraiannya. Saya jatuh cinta lagi kepadanya.

Ketika tiba saatnya dia kembali ke New York, saya menemuinya dan menangis.
Saya benci melihatnya harus pergi. Dia berjanji utk menemui saya setiap
kali dia mendapat libur.

Saya tak dapat menunggu saat dia datang shg saya dpt bersamanya. Kami
selalu bergembira ketika sedang bersama. Suatu hari dia tidak muncul
sebagaimana yg telah dijanjikan. Saya berpikir bahwa mungkin dia sibuk.

Hari berganti bulan dan saya melupakannya. Suatu hari saya mendapat sebuah
telepon dari New York. Pengacara mengatakan bahwa ia telah meninggal dlm
sebuah kecelakaan mobil dlm perjalanan ke airport. Hati saya patah. Saya
sangat terkejut akan kejadian ini

Skr saya tahu... mengapa ia tidak muncul hari itu. Saya menangis semalaman.
Air mata kesedihan dan kepedihan. Bertanya2 mengapa hal ini bisa terjadi
terhadap seseorg yg begitu baik spt dia ? Saya mengumpulkan barang2 saya
dan pergi ke New York utk pembacaan surat wasiatnya. Tentu saja semuanya
diberikan kepada keluarganya dan mantan istrinya. Akhirnya saya dapat
bertemu dengan mantan istrinya lagi setelah terakhir kali saya bertemu pada
pesta pernikahan.

Dia menceritakan bagaimana mantan suaminya. Tapi suaminya selalu tampak
tidak bahagia. Apapun yg dia kerjakan... tidak bisa membuat suaminya
bahagia spt saat pesta pernikahan mereka. Ketika surat wasiat dibacakan,
satu2nya yg diberikan kepada saya adalah sebuah diary.

Itu adalah diary kehidupannya. Saya menangis karena itu diberikan kepada
saya. Saya tak dapat berpikir... Mengapa ini diberikan kepada saya ? Saya
mengambilnya dan terbang kembali ke California. Ketika saya di pesawat,
saya teringat saat2 indah yg kami miliki bersama. Saya mulai membaca diary
itu. Diary dimulai ketika hari pertama kami berjumpa. Saya terus membaca
sampai saya mulai menangis. Diary itu bercerita bahwa dia jatuh cinta
kepada saya di hari ketika saya patah hati. Tapi dia takut utk mengatakannya kepada saya. Itulah sebabnya mengapa dia begitu diam dan mendengarkan segala perkataan
saya. Diary itu menceritakan bagaimana dia ingin mengatakannya kepada saya
berkali2, tetapi takut. Diary itu bercerita ketika dia ke New York dan jatuh cinta
dgn yg lain. Bagaimana dia begitu bahagia ketika bertemu dan berdansa
dengan saya di hari pernikahannya.

Dia berkata bahwa ia membayangkan bahwa itu adalah pernikahan kami.
Bagaimana dia selalu tidak bahagia sampai akhirnya harus menceraikan
istrinya. Saat2 terindah dalam kehidupannya adalah ketika membaca huruf
demi huruf yg saya tulis kepadanya.

Akhirnya diary itu berakhir dengan tulisan, "Hari ini saya akan mengatakan
kepadanya kalau saya mencintainya "

Itu adalah hari dimana dia terbunuh. Hari dimana pada akhirnya saya akan
mengetahui apa yg sesungguhnya ada dlm hatinya.



********************************************************
Pesan moral yg ada dari cerita tsb :


Jika engkau mencintai seseorang, "JANGAN
TUNGGU ESOK
HARI UNTUK MENGATAKAN
KEPADANYA"
karena esok hari itu... mungkin takkan pernah
ada..

dari temen sy lagi nih ceritanya :)

No comments:

Post a Comment